‎"Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar." (Umar bin Kattab)

Wednesday, February 13, 2013

BIDADARA SYURGA

Tersebut di dalam Hadis bahawa kalau seseorang suami yang dicintai meninggal dunia, kelak akan berjumpa lagi di akhirat. Kerana itu ramai wanita yang tidak mahu berkahwin lagi kerana besar harapannya bahawa ia akan bertemu kembali dengan suaminya itu di syurga Allah. InshaAllah.

Demikian halus dan tingginya Al-Quran di dalam menjaga perasaan dan keluhuran budi wanita, sehingga seketika menyebutkan adanya bidadari laki-laki (bidadara)..::..rujuk di dalam surah Al-Insan ayat 19,20 dan 21..::..

Dikatakan bahawa mereka itu adalah pelayan-pelayan laki-laki yang tetap muda remaja bertugas membahagi-bahagikan minuman kepada penduduk syurga, tidak disebutkan bahawa dia adalah akan menjadi suami dari perempuan yang menjadi isi syurga itu. Hanya fikiran kitalah yang dapat mengetahui sendiri apa isyarat yang terkandung dalam ayat ini.Mari kita merenung dengan saksama, demi menjaga perasaan halus wanita, sekali-kali tidak ada terdapat dalam Al-Quran perkataan misalnya jima' atau wathie', kebanyakan hanyalah dengan menggunakan bahasa kiasan seperti tubasyiruhunna (bercengkerama), taqrabuhunna (mendekatinya) dan lain-lain.
Pada hakikatnya, keistimewaan wanita itu sebenarnya ada, cuma tidak terlihat. Digambarkan keistimewaan wanita dalam syurga dengan bahasa-bahasa kiasan yang tidak sampai menyentuh perasaan halus wanita.MasyaAllah, betapa uniknya kalam Allah. Allah s.w.t menyusun bicaranya dengan susunan yang begitu indah kerana Dialah yang paling memahami jiwa-jiwa halus seorang wanita.
Hakikatnya, di syurga Allah tidak hanya menjanjikan bidadari sebagai pendamping sang mujahid Islam, juga dijanjikan bidadara bagi mendampingi sang mujahidah Islam.Tetapi semuanya dibicarakan dengan isyarat yang halus dan mempetinggi mutu perasaan. Itulah bukti betapa agungnya mukjizat Al-Quran.

Dalam tulisan dari koleksi lain yang didapati,

Perlu diketahui bahwa keadaan wanita di dunia, tidak lepas dari enam keadaan:
1. Dia meninggal sebelum menikah.
2. Dia meninggal setelah ditalak suaminya dan dia belum sempat menikah lagi sampai meninggal.
3. Dia sudah menikah, hanya saja suaminya tidak masuk bersamanya ke dalam surga, wal’iyadzu billah.
4. Dia meninggal setelah menikah baik suaminya menikah lagi sepeninggalnya maupun tidak (yakni jika dia meninggal terlebih dahulu sebelum suaminya).
5. Suaminya meninggal terlebih dahulu, kemudian dia tidak menikah lagi sampai meninggal.
6. Suaminya meninggal terlebih dahulu, lalu dia menikah lagi setelahnya.

Berikut penjelasan keadaan mereka masing-masing di dalam surga:
Perlu diketahui bahwa keadaan laki-laki di dunia, juga sama dengan keadaan wanita di dunia:

Di antara mereka ada yang meninggal sebelum menikah, di antara mereka ada yang mentalak isterinya kemudian meninggal dan belum sempat menikah lagi, dan di antara mereka ada yang isterinya tidak mengikutinya masuk ke dalam surga. Maka, wanita pada keadaan pertama, kedua, dan ketiga, Allah -’Azza wa Jalla- akan menikahkannya dengan laki-laki dari anak Adam yang juga masuk ke dalam surga tanpa mempunyai istri karena tiga keadaan tadi. Yakni laki-laki yang meninggal sebelum menikah, laki-laki yang berpisah dengan isterinya lalu meninggal sebelum menikah lagi, dan laki-laki yang masuk surga tapi isterinya tidak masuk syurga.
Ini berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits riwayat Muslim no. 2834 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu-:مَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبٌ
“Tidak ada seorangpun bujangan dalam surga”.Syaikh Ibnu ‘Utsaimin -rahimahullah- berkata dalam Al-Fatawa jilid 2 no. 177, “Jawabannya terambil dari keumuman firman Allah Ta’ala-:وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ. نُزُلاً مِنْ غَفُوْرٍ رَحِيْمٍ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ
“Di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Turun dari Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat: 31)
Dan juga dari firman Allah -Ta’ala-:الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ  وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ“ Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kalian kekal di dalamnya.” (Az-Zukhruf: 71)Seorang wanita, jika dia termasuk ke dalam penghuni surga akan tetapi dia belum menikah (di dunia) atau suaminya tidak termasuk ke dalam penghuhi surga, ketika dia masuk ke dalam surga maka di sana ada laki-laki penghuni surga yang belum menikah (di dunia). Mereka -maksud saya adalah laki-laki yang belum menikah (di dunia)-, mereka mempunyai isteri-isteri dari kalangan bidadari dan mereka juga mempunyai isteri-isteri dari kalangan wanita dunia jika mereka mau. Demikian pula yang kita katakan perihal wanita jika mereka (masuk ke surga) dalam keadaan tidak bersuami atau dia sudah bersuami di dunia akan tetapi suaminya tidak masuk ke dalam syurga. Dia (wanita tersebut), jika dia ingin menikah, maka pasti dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan, berdasarkan keumuman ayat-ayat di atas”.Dan beliau juga berkata pada no. 178, “Jika dia (wanita tersebut) belum menikah ketika di dunia, maka Allah -Ta’ala- akan menikahkannya dengan (laki-laki) yang dia senangi di surga.

Maka, kenikmatan di surga, tidaklah terbatas kepada kaum lelaki, tapi bersifat umum untuk kaum lelaki dan wanita. Dan di antara kenikmatan-kenikmatan tersebut adalah pernikahan”.Adapun wanita pada keadaan keempat dan kelima, maka dia akan menjadi  istri dari suaminya di dunia. Adapun wanita yang menikah lagi setelah suaminya pertamanya meninggal, maka ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian ulama seperti Syaikh Ibnu ‘Ustaimin berpendapat bahwa wanita tersebut akan dibiarkan memilih suami mana yang dia inginkan.Ini merupakan pendapat yang cukup kuat, seandainya tidak ada nash tegas dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyatakan bahwa seorang wanita itu milik suaminya yang paling terakhir.
Beliau -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:أَزْوَاجِهَا اَلْمَرْأَةُ لِآخِرِ“
Wanita itu milik suaminya yang paling terakhir”. (HR. Abu Asy-Syaikh dalam At-Tarikh hal. 270 dari sahabat Abu Darda` dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah: 3/275/1281)Dan juga berdasarkan ucapan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu kepada istri beliau:“Jika kamu mau menjadi istriku di surga, maka janganlah kamu menikah lagi sepeninggalku, karena wanita di surga milik suaminya yang paling terakhir di dunia. Karenanya, Allah mengharamkan para isteri Nabi untuk menikah lagi sepeninggal beliau karena mereka adalah isteri-isteri beliau di surga”. (HR. Al-Baihaqi: 7/69/13199 )Faidah:
Dalam sholat jenazah, kita mendo’akan kepada mayit wanita:وَأَبْدِلْهَا زَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا“ Dan gantilah untuknya suami yang lebih baik dari suaminya (di dunia)”.Masalahnya, bagaimana jika wanita tersebut meninggal dalam keadaan belum menikah. Atau kalau dia telah menikah, maka bagaimana mungkin kita mendo’akannya untuk digantikan suami sementara suaminya di dunia, itu juga yang akan menjadi suaminya di surga?Jawabannya adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin -rahimahullah-.

Beliau menyatakan, “Kalau wanita itu belum menikah, maka yang diinginkan adalah (suami) yang lebih baik daripada suami yang ditakdirkan untuknya seandainya dia hidup (dan menikah). Adapun kalau wanita tersebut sudah menikah, maka yang diinginkan dengan “suami yang lebih baik dari suaminya” adalah lebih baik dalam hal sifat-sifatnya di dunia (2).Hal ini karena penggantian sesuatu kadang berupa pergantian dzat, sebagaimana misalnya saya menukar kambing dengan keledai. Dan terkadang berupa pergantian sifat-sifat, sebagaimana kalau misalnya saya mengatakan, “Semoga Allah mengganti kekafiran orang ini dengan keimanan”, dan sebagaimana dalam firman Allah -Ta’ala-:الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ يَوْمَ تُبَدَّلُ“
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (Ibrahim: 48)Bumi (yang kedua) itu juga bumi (yang pertama) akan tetapi yang sudah diratakan, demikian pula langit (yang kedua) itu juga langit (yang pertama) akan tetapi langit yang sudah pecah”.

Jawaban beliau dinukil dari risalah Ahwalun Nisa` fil Jannah karya Sulaiman bin Sholih Al-Khurosy.

Oleh : Ustadz Abu Mu’awiyah

(1) Karenanya sebelum berpikir masalah ini, pikirkan dulu bagaimana caranya masuk surga.
(2) Maksudnya, suaminya sama tapi sifatnya menjadi lebih baik dibandingkan ketika di dunia.

No comments:

Post a Comment